Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu
selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan) contohnya; kesulitan itu telah
banyak menimbulkan skeptis-isme terhadap kesanggupan dalam menanggapi gejolak hubungan
internasional. Menurut kamus besar bahasa indonesia skeptis yaitu kurang percaya, ragu-ragu (terhadap keberhasilan
ajaran dsb) contohnya; penderitaan dan pengalaman menjadikan orang bersifat
sinis dan skeptis. Jadi secara umum skeptisisme adalah ketidakpercayaan atau
keraguan seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya.
Dalam
penggunaan sehari-hari skeptis-isme bisa berarti:
- suatu sikap keraguan atau disposisi untuk keraguan baik secara umum atau menuju objek tertentu;
- doktrin yang benar ilmu pengetahuan atau terdapat di wilayah tertentu belum pasti; atau
- metode ditangguhkan pertimbangan, keraguan sistematis, atau kritik yang karakteristik skeptis (Merriam-Webster).
Dalam
filsafat, skeptis-isme adalah merujuk lebih bermakna khusus untuk suatu atau
dari beberapa sudut pandang. Termasuk sudut pandang tentang:
- sebuah pertanyaan,
- metode mendapatkan pengetahuan melalui keraguan sistematis dan terus menerus pengujian,
- kesembarangan, relativitas, atau subyektivitas dari nilai-nilai moral,
- keterbatasan pengetahuan,
- metode intelektual kehati-hatian dan pertimbangan yang ditangguhkan.
Sikap
skeptis adalah sebuah pendirian di dalam epistemologi (filsafat pengetahuan)
yang menyangsikan kenyataan yang diketahui baik ciri-cirinya maupun
eksistensinya. Para skeptikus sudah ada sejak zaman yunani kuno, tetapi di
dalam filsafat modern, Rene Descartes adalah perintis sikap ini dalam metode
ilmiah. Kesangsian descartes dalam metode kesangsiannya adalah sebuah sikap
skeptis, tetapi skeptis-isme macam itu bersifat metodis, karena tujuan akhirnya
adalah untuk mendapatkan kepastian yang tak tergoyangkan, yaitu: cogito atau
subjectum sebagai onstansi akhir pengetahuan manusia. Di dalam filsafat D.Hume
kita menjumpai skeptisme radikal, karena ia tidak hanya menyangsikan
hubungan-hubungan kausal, melainkan juga adanya substansi atau realitas akhir
yang bersifat tetap.
Dalam
filsafat klasik, mempertanyakan merujuk kepada ajaran mengenai
"Skeptikoi". Dalam ilmu filsafat dari yang dikatakan bahwa mereka
"tidak menyatakan apa-apa selain pandangan sendiri saja." (Liddell
and Scott). Dalam hal ini, keraguan filsafati, atau Pyrrhonisme adalah posisi
filsafat yang harus menangguhkan satu keputusan dalam penyelidikan. Sextus
Empiricus, Outlines Of Pyrrhonism, Terjemahan R.G. Bury, Harvard
University Press, Cambridge, Massachusetts, 1933, 21
http://id.wikipedia.org/wiki/Skeptisisme#skeptisisme_menurut_filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar