Minggu, 18 Januari 2015

Kemerdekaan Pikiran

Hampir 70 tahun bangsa ini merdeka. Namun secara politik dan ekonomi, bangsa ini sama sekali belum merdeka. Korupsi menggerogoti sistem politik yang ada. Ekonomi dikuasai oleh segelintir orang yang rakus kuasa dan harta. Keadilan sosial masih jauh dari nyata.
Ini semua terjadi karena bangsa kita masih terjajah dalam soal cara berpikir. Banyak orang hidup dengan sikap patuh buta pada ajaran moral tradisional yang tak lagi relevan. Banyak pula orang hidup dijajah oleh sikap rakus dirinya sendiri yang tak mempertimbangkan situasi. Yang sungguh kita butuhkan sekarang ini bukan hanya kemerdekaan politik, namun juga kemerdekaan cara berpikir.
Kemerdekaan Berpikir
Kemerdekaan berpikir adalah kemampuan untuk mempertimbangkan segala sesuatu secara jernih dan mandiri. Orang bebas dari tekanan politik kekuasaan, ketika mempertimbangkan pilihan maupun tindakannya. Orang bebas dari paksaan moral tradisi maupun agama, ketika mempertimbangkan keputusannya. Orang bebas dari sikap rakus dirinya sendiri, ketika ia mempertimbangkan pilihannya.
Penjajahan terjadi ketika orang tidak bebas untuk mempertimbangkan pilihan hidupnya. Penjajahan terjadi ketika orang tidak mau berpikir sendiri, melainkan menyandarkan diri sepenuhnya para moral tradisional ataupun agama yang tidak selalu relevan. Ia hidup atas perintah dan aturan, serta bukan atas pertimbangannya sendiri. Ia dijajah walaupun statusnya merdeka.
Inilah yang terjadi di Indonesia. Kaum fanatik hidup dan menularkan fanatismenya. Akal budi dipasung atas nama kepercayaan buta. Buah dari sikap fanatik adalah intoleransi, yang bermuara pada kekerasan pada “yang lain”, terutama yang berbeda.
Para kapitalis rakus terjajah, ketika penilaian mereka dibutakan oleh hasrat menumpuk modal dan memperkaya diri semata. Mereka terjajah ketika solidaritas dan kemanusiaan lenyap ditelah ambisi kuasa dan harta belaka. Di tengah kebebasan ekonomi yang mereka punya, pikiran dan hati mereka terbelenggu oleh kerakusannya sendiri. Hidup mereka hampa tanpa makna, dan menumpuk barang untuk mengisi, tanpa pernah sungguh terisi.
Kaum kapitalis rakus menguasai ekonomi Indonesia. Keadilan sosial tinggal slogan tanpa wujud nyata. Yang kaya semakin kaya, sementara yang tak berpunya tetap menderita, bahkan semakin sulit hidupnya. Walaupun secara politik terlihat merdeka, namun secara ekonomi, dan terutama dalam soal cara berpikir, bangsa kita dipasung oleh sikap rakusnya sendiri.
Kemerdekaan cara berpikir amat penting. Tanpa itu tidak akan ada inovasi dan kreativitas. Tanpa inovasi dan kreativitas, bangsa kita akan tertinggal di dalam derap globalisasi. Setelah hamper 70 tahun merdeka secara politis, kemerdekaan berpikir adalah sesuatu yang perlu diwujudkan.
Tanpa kemerdekaan berpikir yang diikuti dengan keadilan sosial, kemerdekaan hanyalah pencitraan. Tak heran jika banyak orang mencap pemerintah kita sebagai pemerintah pencitraan. Semua kebijakan hanya manis di mulut, berbuah pencitraan, tetapi tanpa hasil nyata yang bisa dirasakan. Sampai detik ini kita masih hidup dalam penjajahan cara berpikir tradisional yang tak relevan, maupun sikap rakus diri yang buta pada situasi maupun kenyataan.
Rakyat membutuhkan kemerdekaan yang tak hanya sekedar pencitraan. Rakyat membutuhkan kemerdekaan ekonomi, supaya mereka bisa hidup layak sebagai manusia. Rakyat membutuhkan kemerdekaan politis, supaya keinginan dan kebutuhan mereka menjadi pertimbangan utama para penguasa. Ini semua dapat terwujud, jika moral tradisional yang tak lagi relevan diperbarui ulang, dan sikap rakus diri dapat ditahan.
Inilah yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa. Kemerdekaan adalah jembatan emas untuk menuju kesejahteraan bersama. Kesejahteraan yang tidak dilihat melulu material belaka, tetapi kesejahteraan hati dan pikiran yang sesuai dengan kenyataan. Kemerdekaan yang tak dilihat secara formal politik semata, tetapi kemerdekaan substasial yang memberikan ruang bagi hati dan pikiran untuk sungguh berbicara, serta didengarkan.

Sumber :
http://rumahfilsafat.com/2011/08/15/kemerdekaan-pikiran/

Mercusuar Anyer- Sekilas Cerita


Pernah kah kalian melihat bangunan diatas ?
Tahukan kalian tentang bangunan diatas ?
Saya rasa kalian pernah melihat bangunan diatas…
Yah benar gambar diatas merupakan menara tertua di kawasan Anyer yang sering disebut dengan Mercusuar Anyer .
 Menara yang di bangun pada masa pemerintahan Z.M. Willem III setinggi  75,5 meter ini terdiri dari 18 tingkat, dibangun pada masa penjajahan Belanda. Dilihat dari prasasti yang tertempel di kaki mercusuar, bangunan yang terbuat dari baja setebal 2,5cm itu sudah berusia lebih dari 170 tahun, tepatnya dibangun pada tahun 1885. Sampai kini masih berfungsi memandu kapal-kapal yang lalu-lalang di malam hari.
Menara ini diyakini sebagai titik nol jalan Anyer (Banten)-Panarukan (Jawa Timur) yang dibangun Gubernur Jenderal Daendles. Dari sinilah awal mula Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda waktu itu, memulai proyek raksasanya pada 1825.
Daendels membuat jalan ekonomi Anyer-Panarukan sepanjang sekitar 1.000 km. Proyek yang menelan korban ribuan jiwa rakyat Indonesia itu menghubungkan Cilegon, Serang, Tangerang, Jakarta (dulunya bernama Sunda Kelapa, kemudian Batavia), Cirebon, Semarang, Surabaya sampai ke Pasuruan.
Penduduk sepanjang proyek perjalanan tadi bekerja tanpa dibayar atau kerja rodi. Setelah selesai, jalan yang dibangun dari keringat dan mayat bangsa Indonesia kemudian terkenal sebagai jalan Deandels atau jalan rodi. Sayangnya tak ada monument atau prasati untuk mengenang sejarah yang penuh darah itu.
Konon, karena Gunung Krakatau meletus, mercusuar itu hancur lebur. Puing-puing dan pondasinya masih bisa Anda lihat beberapa meter dari mercusuar. Jadi mercusuar yang ada sekarang merupakan bangunan baru. Bangunan itu pun nyaris rata dengan tanah akibat hantaman meriam angkatan laut Jepang sekitar tahun 1942. Meski tak sampai runtuh, namun mercusuar itu sempat rusak berat. Bekas hantaman meriam itu bisa dilihat apabila Anda naik mercusuar itu. yakni berupa lubang besar yang kini sudah ditambal.
Kini, mercusuar Anyer seakan tenggelam di tengah-tengah maraknya sarana wisata modern, terutama setelah tumbuhnya resor-resor di tepi pantai. Padahal, mercusuar ini menjadi saksi bisu kekejaman penjajahan Belanda.

Sumber : 
http://legendabanten.blogspot.com/2013/03/sejarah-mersucuar-anyer.html

Rabu, 14 Januari 2015

Batik Khas Cilegon



Kota Cilegon yang dikenal dengan sebutan “Kota Baja”, juga memiliki seniman-seniman handal dengan sentuhan seninya. Salah stunya adalah H.Agus M. Patria, yang telah menciptakan design Batik “Lereng Lesung Mandiri”, sebagai batik Khas Kota Cilegon, yang menggambarkan simbol-simbol dari potensi yang dimiliki oleh Kota Cilegon, yaitu :
  1. Cilegon Sebagai Kota Agamis
  2. Cilegon Sebagai Kota Investasi
  3. Cilegon Sebagai Kota Industri
  4. Cilegon Sebagai Kota Budaya dan Wisata
  5. Cilegon sebagai Kot Pelabuhan
  6. Cilegon Sebagai Kota Pesisir
Warna Batik hitam dan Putih mempunyai arti, Kota Cilegon sebagai Kota yang menjunjung tinggi keberanian diatas kesucian hati.
Batik “Lereng Lesung” telah ditetapkan sebagai batik Khas Kota Cilegon dengan Peraturan Walikota Cilegon No.32 Tahun 2005 tanggal, 14 November 2005, dan telah didaftarkan ke Dirjen Hak Cipta Departemen Hukum dan Ham Nomor: 02866 tanggal 4 Oktober 2004 yang ditetapkan tanggal 5 Desember 2005.
Keterangan Gambar Design Batik “Lereng Lesung
Detai A : Simbol rumput laut yang dipadu dengan isen-isen ceck krem yang menggambarkan letak geografis Kota Cilegon yang dibatasi oleh garis pantai yang penuh dengan interaksi sebagai kota dinamis bagai air laut yang terus bergerak menghasilkan gelombang dan riaknya, sehingga menjadikan Kota ini sarat dengan dinamika kehidupan.
Detai B : Simbol Lesung diangkat dari salah satu seni budaya tradisional Kota Cilegon yakni“Bandrong Lesung” yang merupakan seni budaya yang berkembang dalam masyarakat Kota Cilegon, sekaligus merupakan kristalisasi dari nilai-nilai budaya, estetika, sikap, dan tata kehidupan masyarakat Kota Cilegon.
Detail C : Simbol Kubah Masjid merupakan gambaran tentang kepercayaan dan adat istiadat serta agama di Kota Cilegon sebagai manifestasi dari komunitas masayarakat Kota Cilegon yang bernuansa religius/agama.
Detail D : Simbol design motor elektronik merupakan gambaran bahwa Kota Cilegon dikenal sebagai Kota Industri baik secara skala nasional maupun internasional dan terbuka untuk para investor.
Detai A dan B : Simbol bungan melati, Mawar, dan rumput laut adalah simbol keadaan alam flora dan fauna Kota Cilegon yang memberikan gambaran bahwa masyarakat Kota Cilegon penuh kasih, cinta damai, dan ramah tamah.

Sumber :
http://edhaninotes.blogspot.com/2014/06/mengenal-batik-lereng-lesung.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Lereng_Lesung_Mandiri
 

Selasa, 06 Januari 2015

Benar dan Salah

Thales memandang semua kehidupan berasal dari air, bahkan air sendiri pun berasal dari air. Menurut Thales, air merupakan causa prima dari segala yang ada yang jadi tetapi juga akhir dari segala yang ada dan yang jadi. Air merupakan substrat (bingkai) dan substansi (isi). Sehingga, tak ada jurang pemisah antara hidup dan mati, semuanya satu. Akan tetapi, pandangan Thales berbeda dengan muridnya yang bernama Anaximandros. Beliau memandang segala sesuatu itu bukan berasal dari air, akan tetapi dari to aperon. Maksudnya to aperon adalah yang tak terbatas, sesuatu yang tak terhingga. Aperion, menurut Anaximandros, tidak dapat dirupakan, tidak ada persamaannya dengan suatu barang yang terlihat di dunia ini, karena yang terlihat tesebut, segala sesuatu dapat ditentukan rupanya dengan pancaindera manusia yaitu suatu barang yang mempunyai akhir yang berhingga. Berbeda lagi dengan panangan murid Anaximandos, yaitu Anaximenes. Beliau berpendapat bahwa yang asal tersebut satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah udara. Udara itulah yang satu dan tidak berharga (Atang Abdul Hakim dan Beni ahmad Saebani, 2008 : 155).
Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa benar dan salah adalah sesuatu yang berbeda, tergantung dari sudut mana kita memandang.
1.      Berpikir Benar
-          Berpikir Positif
Berpikir positif erat kaitannya dengan berpikir benar. Kedua-duanya penting bagi kehidupan. Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter. Ini juga berarti bahwa kita bisa menjadi pribadi yang lebih matang, lebih berani menghadapi tantangan, dan melakukan hal-hal yang hebat. Pikiran positif tak akan membuat kita berhenti karena keterbatasan atau kelemahan kita, namun pikiran positif justru akan membuat kita mencari kekuatan kita hari demi hari.
Jadi, kita tak perlu ragu-ragu akan kemampuan kita. Kita harus percaya pada kemampuan kita. Harga diri yang kita miliki seharusnya bisa membuat kita kuat dan terus bersikap positif. Kita juga seharusnya tak pantas untuk menjadikan ‘membuat alasan’ sebagai kebiasaan kita. Sikap seperti ini tak akan bisa membuat kita menjadi pemenang dalam kehidupan ini. Sikap seperti inilah yang akan membunuh ambisi, melemahkan kemauan, dan membahayakan diri kita sendiri. Orang-orang yang terus menerus dikelilingi oleh ketakutan tak tahu betapa banyaknya pikiran-pikiran negatif yang mempengaruhi mereka tiap harinya. Mereka membatasi diri mereka sendiri dengan sugesti bahwa keterbatasan mereka menghalangi mereka untuk sukses, dan mereka juga percaya bahwa diri mereka tidak berharga. Mereka tidak berpikir bagaimana caranya agar sukses, tapi mereka justru berpikir bagaimana mereka bisa gagal.
Pascal pernah mengutarakan kalimat-kalimat bijak, yang kira-kira bunyinya seperti ini:
“Pikiran positif datang dari kepercayaan, pikiran negatif datang dari keragu-raguan; rasa takut yang benar adalah rasa takut yang digabungkan dengan harapan, karena itu lahir dari kepercayaan, serta kita berharap pada Tuhan yang kita yakini; sementara rasa takut yang salah digabungkan dengan keputusasaan, karena kita takut pada Tuhan; beberapa orang takut kehilangan-Nya, sementara yang lain takut mencarinya.”
Dalam membangun kebiasaan berpikir positif dengan hanya melihat yang terbaik dalam diri Anda dan orang lain, percaya bahwa Anda mampu melakukan hal-hal besar perlu ditekankan bahwa pikiran kita memang suatu hal yang akan menentukan keberhasilan kita. Apa yang Anda lakukan kemarin menentukan diri Anda hari ini, dan apa yang Anda lakukan hari ini akan menentukan jadi apa Anda besok.
Sidney Smith pernah berkata: “Jika kita mengibaratkan profesi dalam hidup sebagai lubang di sebuah meja, ada yang bundar, kotak, dan bujur sangkar; dan manusia sebagai potongan kayu yang bentuknya sesuai lubang tersebut, maka pada umumnya kita menemukan bahwa orang-orang yang berbentuk segitiga masuk ke dalam lubang yang kotak, yang bujur sangkar masuk ke lubang segitiga, sementara yang kotak memaksa diri untuk masuk ke lubang yang bundar.”
-          Berpikir Benar
MARCUS AURELIUS, seorang Kaisar Romawi mengatakan, “Hidup kita dibentuk oleh pikiran kita”. Dan Rasulullah SAW pernah menasehati kita umatnya dalam sebuah sabda beliau : ”Barangsiapa yang rela maka baginya kerelaan, dan barangsiapa yang benci maka baginya kebencian”. Memang demikanlah adakalanya seseorang menerima ujian dan cobaan-Nya dengan dada sempit dan jiwa penuh kemurungan ia merasakan deritanya yang bertindih-tindih dan adapula seorang yang berlapang hati menghadapi kesulitan di hadapan langkah kakinya.
Dan akhirnya, marilah kita mencoba untuk selalu berfikir benar, memperbaharui akal dan pandangan dengan Islam yang jauh dari kesempitan, dan insya Allah akan kita jumpai sangat banyak perubahan dalam diri kita. Pergeseran terbaik dan kemajuan-kemajuan terindah yang ada kalanya kita sendiri sulit untuk mempercayainya. Tapi ini adalah jalan yang pasti dan tak akan ada sedikitpun kerugian di dalamnya
-          Pendidikan Berpikir Salah
Salah satu cara ‘salah’ yang sebaiknya kita pikirkan adalah dengan memasukkan unsur pendidikan kreatif dalam kesetaraan dengan pendidikan moral dan etika di sekolah. Pendidikan moral berupaya membentuk prinsip benar atau salah, memaknai kebaikan atau keburukan. Tanpa pengaruh kreativitas maka moralitas kehilangan esensinya, karena kita hanya memaknai moralitas sebagai tatanan yang harus diikuti, tidak membuka skenario ‘bagaimana jika moralitas itu salah’ yang justru dapat mengungkap nilai sesungguhnya dari tatanan moral itu. Tanpa kreativitas maka tidak ada improvisasi tatanan moral, sehingga manusia bentuknya seperti robot yang kaku pada aturan, sehingga kehilangan kemampuan memaknai nilai di balik aturan itu.
-          Upaya Berpikir Baik dan Benar
a.       Harus berpikir secara kritis, hal ini dilakukan agar apabila ada sesuatu keterangan yang tidak atau belum pasti hendaknya jangan dipercaya begitu saja.
Sebelum bertindak sebaiknya harus berpikir lebih dahulu untuk beberapa saat (konsentrasi).
b.      Pandangan harus lebih luas daripada pikiran kita sendiri, sehingga harus waspada terhadap prasangka-prasangka sendiri.
c.        Jangan menganggap benar apa yang kita sukai dan menolak apa yang kita benci.
d.      Berpikir dua kali dan jangan gegabah mengambil keputusan atau mengemukakan pendapat seakan-akan kebenaran mutlak/terlalu berani tanpa perhitungan.
e.       Bersikap terbuka, mungkin pendapat kita dibenarkan/dikoreksi atau ditinggalkan sama sekali atas dasar informasi yang benar.
f.       Berpikir dalam jangka panjang dan berpandangan luas.
Kita harus bersikap kritis terhadap apa yang dikemukakan oleh orang lain, untuk check and recheck juga terhadap pendapat sendiri.
g.      Bsikap optimis, mencari segi-segi positif dalam segala hal dan berdiskusi juga dalam hal berpikir, serta bersikap simpatik terhadap orang lain.
h.      Bertaqwa, karena taqwa itu sendiri adalah merupakan sumber kejujuran. Dengan bertaqwa tentunya akan diikuti oleh kewibawaan.
i.        Jujur, orang banyak belajar dari kesalahannya sendiri, asal disadari dan diakuinya.
Harus belajar terus-menerus
j.        Bekerja dengan hatinurani yang tulus dan berpikir secara teratur dan berencana, agar mampu tampil secara profesional.
-          Muara Berpikir Salah
Berpikir salah bukan maksudnya berpikir asal-asalan yang penting salah, atau dilandasi semangat memberontak tanpa alasan, yang sudah pasti benar-benar tidak berguna. Berpikir salah dimaksudkan untuk menyuburkan ide, memperkaya kemungkinan, memotivasi untuk berani berimajinasi dan berpikir sungguh-sungguh dengan semangat membentuk nilai baru yang lebih bermanfaat dan kaya kualitas etika. Berpikir salah bukan dalam maksud memberanikan orang untuk melanggar lampu merah.
Berpikir salah sudah pasti memerlukan referensi dan pemetaan dari berpikir benar, sehingga sifatnya bukan mengulang dari nol atau mengesampingkan progres yang dapat membuatnya menjadi kegiatan yang tidak efisien dan kontra produktif. Studi berpikir salah akan baik untuk ditanamkan sebagai prinsip penyeimbang ilmu pasti dan akan berguna bila disuburkan dalam kegiatan produksi ide.


Sumber