REVOLUSI SOSIAL
A. Ciri-ciri
Revolusi sosial berlangsung secara
besar-besaran dan tiba-tiba dengan menggunakan kekerasan. Pemberontakan yang
ditandai oleh perubahan penguasa tanpa ada perubahan sistem kelas sosial atau distribusi
kekuasaan dan
pendapatan di kalangan kelompok masyarakat tidak termasuk ke dalam revolusi
sosial. Para orang revolusioner menentang pengikut gerakan reformasi, karena orang-orang ini berkeyakinan bahwa reformasi yang
berarti tidak mungkin tercipta bilamana sistem
sosial yang ada
tetap berlaku. Mereka berpandangan bahwa perubahan mendasar hanya mungkin
terlaksana bila sistem sosial yang berlangsung dapat diganti dan kaum
elit disingkirkan. Penyingkiran kaum
elit seringkali dilaksanakan dengan cara menghukum atau mengasingkan mereka.
Pada kebanyakan revolusi, beberapa kelompok bersatu untuk meruntuhkan rezim
penguasa. Setelah
itu terjadilah persaingan sengit antar-kelompok untuk
memperebutkan kekuasaan. Salah
satu bentuk tindakan revolusi sosial yang dilakukan adalah terorisme. Terorisme termasuk ke dalam pergerakan revolusi yang
menggunakan taktik pengeboman. penculikan, penyekapan, pembajakan dan pembunuhan.
B. Penyebab revolusi sosial
- Pertama, dikarenakan adanya kekuatan politik yang sangat terpusat pada negara, maka para bermunculan kaum petinggi pemerintahan yang sentralistis, misalnya sistem monarki Perancis sebelum tahun 1789, masa kekuasaan Tsar Rusia sebelum 1917 dan rezim Kuomintang di Cina sebelum 1949. Sistem ini menimbulkan kemarahan dan serangan kolektif.
- Kedua, aliansi militer dengan rezim yang mapan diperlemah, sehingga militer tidak lagi dapat menjadi sarana yang diandalkan untuk menghancurkan kekacauan domestik.
- Ketiga, krisis politik terjadi dan membuat rezim yang ada menjadi tidak berdaya sehingga berujung pada kejatuhannya. Krisis ini diakibatkan lagi akan jatuhnnya militer. Contohnya adalah kekalahan Cina oleh Jepang dalam Perang Dunia II.
- Keempat, lapisan penting masyarakat dikerahkan untuk melakukan pemberontakan yang membawa kaum elit baru naik ke atas kursi kekuasaan. Revolusi kaum petani biasanya berasal dari pengambilalihan tanah oleh tuan tanah, peningkatan secara mencolok pajak atau sewa tanah atau karena masalah kelaparan. Pemberontakan-pemberontakan masyarakat urban umumnya dipicu oleh naiknya harga bahan-bahan konsumsi dan tingginya angka pengangguran.
D. Tujuan Revolusi
Setiap masyarakat atau kelompok yang melakukan revolusi
memiliki komponen yang berbeda-beda, yakni ideologi, program atau pencapaian
tujugan, taktik untuk memilih program atau pemimpin.
·
Ideologi
Ideologi dari sebuah pergerakan menyuarakan dan membela kepentingan.
Beberapa pergerakan
sosial
melingkupi suatu variasi kelompok dan pandangan bahwa tidak ada nilai dan
kepercayaan yang sejenis dan konsisten yang dapat ditunjukkan sebagai ideologi.
Contohnya adalah pergerakan feminis yang memperjuangkan kesetaraan kaum wanita
dengan laki-laki.
·
Tujuan
Banyak pergerakan sosial harus mencapai tujuan yang spesifik yang bisa menjadi
basis para anggota serta pemimpinnya. Contohnya, pergerakan para petani umumnya menuntut keadilan sosial.
Pergerakan hak asasi manusia dimotivasikan oleh pandangan
kesetaraan (ideology of quality).
·
Taktik
Untuk mencapai tujuan pergerakannya, sebuah kelompok harus
menyusun taktik. Pergerakan revolusi menggunakan bentuk yang paling drastis
dengan aksi secara langsung untuk mencapai tujuan mereka. Mereka seringkali
mengorganisasikan pendukung dalam kelompok gerilya dan seringkali melakukan
aksi teror. Hal ini dimaksudkan untuk mengacaukan struktur sosial dan
memaksa para otoritas untuk menggunakan penekanan yang akan menggerakkan opini
publik melawan pemerintah.
·
Kepemimpinan
Gaya-gaya kepemimpinan berbeda dalam berbagai bentuk pergerakan. Beberapa pemimpin
memiliki figur karismatik dan dianggap orang-orang yang luar
biasa, dengan pemahaman yang sangat banyak mengenai situasi kontemporer, akar
sejarahnya dan kemungkinan di masa depan serta bagaimana cara mencapainya.
Pemimpin dengan karisma menggunakan magnetisme personal
untuk menarik banyak pengikut, menuntun pergerakan mereka melewati krisis.
CONTOH REVOLUSI SOSIAL
Revolusi Tiga Daerah
merupakan salah satu revolusi lokal Indonesia yang mempunyai ciri dan keunikan
khusus karena dianggap sebagai sebuah revolusi rakyat untuk mengubah struktur
masyarakat kolonial dan feodal menjadi sebuah masyarakat dengan hidup yang lebih
demokratis tanpa penindasan dan eksploitatif dari pemeritah kolonial.
Terjadinya revolusi ini merupakan wujud ketidakpuasan rakyat terhadap kehidupan saat itu yang didominasi oleh kemerosotan ekonomi dan kemelaratan, sehingga membuat rakyat melakukan berbagai perlawanan
terhadap elite birokrat. Perlawanan-perlawanan di karisedenan Pekalongan
sebenarnya sudah dirintis sejak lama, antara lain Sarekat Rakyat Pekalongan
tahun 1918 dan Sarekat Rakyat tahun 1926.
Ada beberapa hal yang perlu
diketahui untuk memahami Peristiwa Tiga Daerah. Pertama, ialah
perubahan sebelum tahun 1945, yaitu dalam bidang ekonomi dan politik sebelum Perang Dunia
Kedua. Hal ini harus dikaitkan dengan perubahan ekonomi akibat masuknya modal
asing (Eropa) di abad sembilan belas dan sistem Tanam Paksa yang berpengaruh
besar
terhadap kehidupan petani. Di
tempat yang memiliki pabrik
gula, golongan elit birokrat maupun kepala desa sering bertindak sebagi pejabat
kapitalis Eropa, seperti dalam soal sewa tanah, penarikan pajak dan corvee
(kerja paksa). Hal ini
menyebabkan masyarakat kecil terutama para petani menjadi semakin menderita. Dari penderitaan ini
lahir semangat revolusi untuk melawan kolonial
Belanda maupun birokrat pemerintah di masing-masing daerah.
Kedua,
dampak pendudukan Jepang yang membebani rakyat dengan wajib pajak dalam wujud menyetorkan
hasil padi, romusha, tanam paksa, dan
penjarahan bahan pokok. Walaupun dampak sistem pelaksanaan pengambilan bahan pokok dalam romusha berbeda menurut tempatnya
masing-masing, yaitu tergantung pada
sikap pejabat-pejabat lokal dan para pemimpin perjuangan setempat, namun
pelaksanaan peraturan peraturan setoran padi merupakan beban yang berat dalam
bidang ekonomi di masa penjajahan Jepang. Akibat kebijakan ini, telah
menyebabkan terjadinya kelaparan dimana-mana termasuk juga di tiga daerah
tersebut. Oleh sebab itu, muncul
perasaan kebencian yang mendalam terhadap para elite birokrat, yang menurut
rakyat dianggap sebagai penyebab utaman terjadinya berbagai kasus kelaparan yang diakibatkan
kesewenang-wenangan dalam menarik setoran padi.
Ketiga, terlihat
daru ciri-ciri revolusi sosial di masa
revolusi di Pekalongan, yaitu
pembagian kekayaan, pengusiran atau pergeseran elite lama dan pemimpim
tradisional lain yang dianggap terlalu keras terhadap rakyat dan setia kepada
Belanda atau Jepang. Dalam hal ini revolusi di wilayah Pekalongan punya
ciri khas tersendiri, yaitu dengan
adanya kekerasan terhadap golongan Cina, Indo-Belanda, Pangreh Praja dan Lurah.
Namun pembahasan mengenai kekerasan terhadap orang-orang Cina ini belum dapat dikatakan sebagai gerakan anti Cina
sebab banyak juga orang-orang Cina yang menjadi pemimpin pejuang revolusi,
khususnya di Pemalang. Mereka
juga menjadi
penyumbang dana terbesar untuk membantu revolusi ini.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar