Rabu, 24 Desember 2014

REVOLUSI SOSIAL

REVOLUSI SOSIAL

A. Ciri-ciri
Revolusi sosial berlangsung secara besar-besaran dan tiba-tiba dengan menggunakan kekerasan. Pemberontakan yang ditandai oleh perubahan penguasa tanpa ada perubahan sistem kelas sosial atau distribusi kekuasaan dan pendapatan di kalangan kelompok masyarakat tidak termasuk ke dalam revolusi sosial. Para orang revolusioner menentang pengikut gerakan reformasi, karena orang-orang ini berkeyakinan bahwa reformasi yang berarti tidak mungkin tercipta bilamana sistem sosial yang ada tetap berlaku. Mereka berpandangan bahwa perubahan mendasar hanya mungkin terlaksana bila sistem sosial yang berlangsung dapat diganti dan kaum elit disingkirkan. Penyingkiran kaum elit seringkali dilaksanakan dengan cara menghukum atau mengasingkan mereka. Pada kebanyakan revolusi, beberapa kelompok bersatu untuk meruntuhkan rezim penguasa. Setelah itu terjadilah persaingan sengit antar-kelompok untuk memperebutkan kekuasaan.  Salah satu bentuk tindakan revolusi sosial yang dilakukan adalah terorisme. Terorisme termasuk ke dalam pergerakan revolusi yang menggunakan taktik pengeboman. penculikan, penyekapan, pembajakan dan pembunuhan.
B. Penyebab revolusi sosial
  • Pertama, dikarenakan adanya kekuatan politik yang sangat terpusat pada negara, maka para bermunculan kaum petinggi pemerintahan yang sentralistis, misalnya sistem monarki Perancis sebelum tahun 1789, masa kekuasaan Tsar Rusia sebelum 1917 dan rezim Kuomintang di Cina sebelum 1949. Sistem ini menimbulkan kemarahan dan serangan kolektif.
  • Kedua, aliansi militer dengan rezim yang mapan diperlemah, sehingga militer tidak lagi dapat menjadi sarana yang diandalkan untuk menghancurkan kekacauan domestik.
  • Ketiga, krisis politik terjadi dan membuat rezim yang ada menjadi tidak berdaya sehingga berujung pada kejatuhannya. Krisis ini diakibatkan lagi akan jatuhnnya militer. Contohnya adalah kekalahan Cina oleh Jepang dalam Perang Dunia II.
  • Keempat, lapisan penting masyarakat dikerahkan untuk melakukan pemberontakan yang membawa kaum elit baru naik ke atas kursi kekuasaan. Revolusi kaum petani biasanya berasal dari pengambilalihan tanah oleh tuan tanah, peningkatan secara mencolok pajak atau sewa tanah atau karena masalah kelaparan. Pemberontakan-pemberontakan masyarakat urban umumnya dipicu oleh naiknya harga bahan-bahan konsumsi dan tingginya angka pengangguran.
D. Tujuan Revolusi
Setiap masyarakat atau kelompok yang melakukan revolusi memiliki komponen yang berbeda-beda, yakni ideologi, program atau pencapaian tujugan, taktik untuk memilih program atau pemimpin.
·         Ideologi
Ideologi dari sebuah pergerakan menyuarakan dan membela kepentingan. Beberapa pergerakan sosial melingkupi suatu variasi kelompok dan pandangan bahwa tidak ada nilai dan kepercayaan yang sejenis dan konsisten yang dapat ditunjukkan sebagai ideologi. Contohnya adalah pergerakan feminis yang memperjuangkan kesetaraan kaum wanita dengan laki-laki.
·         Tujuan
Banyak pergerakan sosial harus mencapai tujuan yang spesifik yang bisa menjadi basis para anggota serta pemimpinnya. Contohnya, pergerakan para petani umumnya menuntut keadilan sosial. Pergerakan hak asasi manusia dimotivasikan oleh pandangan kesetaraan (ideology of quality).
·         Taktik
Untuk mencapai tujuan pergerakannya, sebuah kelompok harus menyusun taktik. Pergerakan revolusi menggunakan bentuk yang paling drastis dengan aksi secara langsung untuk mencapai tujuan mereka. Mereka seringkali mengorganisasikan pendukung dalam kelompok gerilya dan seringkali melakukan aksi teror. Hal ini dimaksudkan untuk mengacaukan struktur sosial dan memaksa para otoritas untuk menggunakan penekanan yang akan menggerakkan opini publik melawan pemerintah.
·         Kepemimpinan
Gaya-gaya kepemimpinan berbeda dalam berbagai bentuk pergerakan. Beberapa pemimpin memiliki figur karismatik dan dianggap orang-orang yang luar biasa, dengan pemahaman yang sangat banyak mengenai situasi kontemporer, akar sejarahnya dan kemungkinan di masa depan serta bagaimana cara mencapainya. Pemimpin dengan karisma menggunakan magnetisme personal untuk menarik banyak pengikut, menuntun pergerakan mereka melewati krisis.


CONTOH REVOLUSI SOSIAL
Revolusi Tiga Daerah merupakan salah satu revolusi lokal Indonesia yang mempunyai ciri dan keunikan khusus karena dianggap sebagai sebuah revolusi rakyat untuk mengubah struktur masyarakat kolonial dan feodal menjadi sebuah masyarakat dengan hidup yang lebih demokratis tanpa penindasan dan eksploitatif dari pemeritah kolonial. Terjadinya revolusi ini merupakan wujud ketidakpuasan rakyat terhadap kehidupan saat itu yang didominasi oleh kemerosotan ekonomi dan kemelaratan, sehingga membuat rakyat melakukan berbagai perlawanan terhadap elite birokrat. Perlawanan-perlawanan di karisedenan Pekalongan sebenarnya sudah dirintis sejak lama, antara lain Sarekat Rakyat Pekalongan tahun 1918 dan Sarekat Rakyat tahun 1926.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui untuk memahami Peristiwa Tiga Daerah. Pertama, ialah perubahan sebelum tahun 1945, yaitu dalam bidang ekonomi dan politik sebelum Perang Dunia Kedua. Hal ini harus dikaitkan dengan perubahan ekonomi akibat masuknya modal asing (Eropa) di abad sembilan belas dan sistem Tanam Paksa yang berpengaruh besar terhadap kehidupan petani. Di tempat yang memiliki pabrik gula, golongan elit birokrat maupun kepala desa sering bertindak sebagi pejabat kapitalis Eropa, seperti dalam soal sewa tanah, penarikan pajak dan corvee (kerja paksa). Hal ini menyebabkan masyarakat kecil terutama para petani menjadi semakin menderita. Dari penderitaan ini lahir semangat revolusi untuk melawan kolonial Belanda maupun birokrat pemerintah di masing-masing daerah.
Kedua, dampak pendudukan Jepang yang membebani rakyat dengan wajib pajak dalam wujud menyetorkan hasil padi, romusha, tanam paksa, dan penjarahan bahan pokok. Walaupun dampak sistem pelaksanaan pengambilan bahan pokok dalam romusha berbeda menurut tempatnya masing-masing, yaitu tergantung pada sikap pejabat-pejabat lokal dan para pemimpin perjuangan setempat, namun pelaksanaan peraturan peraturan setoran padi merupakan beban yang berat dalam bidang ekonomi di masa penjajahan Jepang. Akibat kebijakan ini, telah menyebabkan terjadinya kelaparan dimana-mana termasuk juga di tiga daerah tersebut. Oleh sebab itu, muncul perasaan kebencian yang mendalam terhadap para elite birokrat, yang menurut rakyat dianggap sebagai penyebab utaman terjadinya berbagai kasus kelaparan yang diakibatkan kesewenang-wenangan dalam menarik setoran padi. 
Ketiga, terlihat daru ciri-ciri revolusi sosial di masa revolusi di Pekalongan, yaitu pembagian kekayaan, pengusiran atau pergeseran elite lama dan pemimpim tradisional lain yang dianggap terlalu keras terhadap rakyat dan setia kepada Belanda atau Jepang. Dalam hal ini revolusi di wilayah Pekalongan punya ciri khas tersendiri, yaitu dengan adanya kekerasan terhadap golongan Cina, Indo-Belanda, Pangreh Praja dan Lurah. Namun pembahasan mengenai kekerasan terhadap orang-orang Cina ini belum dapat dikatakan sebagai gerakan anti Cina sebab banyak juga orang-orang Cina yang menjadi pemimpin pejuang revolusi, khususnya di Pemalang. Mereka juga menjadi penyumbang dana terbesar untuk membantu revolusi ini.


sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar