Aliran Progresivisme
dalam Pendidikan
1. Ontologi
Progresivisme
menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan
kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan,
progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah
sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi berisi
aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berfikir peserta
didik, sehingga peserta didik dapat berfikir secara sistematis dengan cara
memberikan analisis, pertimbangan dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif
yang memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
Aliran
Progresivisme ini adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berkembang
dengan pesat pada permulaan abad ke 20 dan sangat berpengaruh dalam pembaharuan
pendidikan yang didorong oleh terutama aliran naturalisme dan experimentalisme,
instrumentalisme, evironmentalisme dan pragmatisme sehingga penyebutan nama
progresivisme sering disebut salah satu dari nama-nama aliran tadi.
Progressivisme dalam pandangannya selalu berhubungan dengan pengertian
"The Liberal Road to Cultural" yakni liberal dimaksudkan sebagai
fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta ingin
mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman.
Tokoh - tokoh aliran progresivisme
ini, antara lain, adalah
a.
William James
(1842-1910), James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek
dari eksistensi organik , barns mempunyai fungsi biologic dan nilai kelanjutan
hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai
bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James
menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan
menempatkannya diatas dasar ilmu perilaku.
b.
John Dewey
(1859-1952), teori Dewey tentang sekolah adalah “progressivism” yang lebih
menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri.
Maka muncul “Child Centered Curiculum” dan Child “Centered School”. Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini, dibandingkan mempersiapkan masa depan yang belum
jelas.
c.
Hans Vaihinger (1852-1933),
menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan objeknya
tidk mungkin dibuktikan. Satu-satunya ukuran bagi berpikir adalah mempengaruhi
kejadian-kejadian dunia.
Munculmya
aliran progresivisme merupakan salah satu jawaban atas berbagai persoalan yang
berkenaan dengan problem pendidikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagai
manusia sejatinya.
2.
Epistimologi
Filsafat
progresivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan,
dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta
didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangkan
bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat
oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Berdasarkan pandangan di atas maka
sangat jelas sekali bahwa filsafat progresivisme bermaksud menjadikan anak
didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab
tantangan zaman peradaban baru.
Dalam
aliran progresivisme ini proses belajar mengajar di kelas ditandai dengan
beberapa hal yaitu :
a.
Guru
merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
b.
Selain
membaca buku, siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam misalnya melalui
kerja lapangan atau lintas alam
c.
Guru
membangkitkan minat siswa melalui melalui permainan yang menantang siswa untuk
berpikir
d.
Siswa
didorong untuk berinteraksi sesamanya untuk membangun pemahaman sosial
e.
Kurikulum
menekankan studi alarm dan siswa dipajangkan (exposed) terhadap perkembangan
barn dalam saintifik dan sosial
f.
Pendidikan
yang terus menerus memperkaya siswa untuk tumbuh, bukan sekedar menyiapkan
siswa untuk kehidupan dewasa. Para pendididik aliran ini sangat menentang
praktik sekolah tradisional, khususnya dalam lima hal :
-
Guru
yang otoriter
-
Terlampau
mengandalkan metode berbasis buku teks
-
Pembelajaran
faktif dengan mengingat fakta
-
Filsafat
empat tembok yakni terisolasinya pendidikan dari kehidupan nyata
-
Penggunaan
rasa takut atau hukuman badan sebagai alat menanamkan disiplin pada siswa
3. Aksiologi
Kemampuan manusia dalam
mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logic dan
sistematisasi berfikir ilmiah. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah melatih
kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan masalah kehidupan yang
mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna dalam kehidupan masyarakat.
Esensi kemanusiaan adalah semangat
untuk mengadakan perubahan-perubahan menuju kemajuan-kemajuan. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan berfungsi sebagai wahana penumbuhkembangan daya kreativitas
subjek didiknya agar memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai problem diri
dan masyarakatnya, sehingga memiliki semangat mengadakan
pembaharuan-pembaharuan yang berguna bagi pengembangan diri dan masyarakatnya.
Pendidikan harus lebih aktif
berkaitan dengan minat anak. Progresivisme menekankan perlunya memusatkan
pendidikan pada anak sebagaimana adanya. Anak sebagai suatu keutuhan pribadi
mempunyai dunianya sendiri yang mesti dihormati dan dijadikan sebagai pangkal
tolah untuk kegiatan pendidikan.
Peranan guru lebih sebagai
pendamping dan penasihat daripada sebagai penentu minat dan kebutuhan. Anak
didiklahyang menjadi pokok tentang apa yang mestinya mereka pelajari. Anak-anak
mesti dibimbing untuk merencanakan kegiatan pembelajaran mereka. Guru
menyediakan fasilitas dengan memberikan pengetahuan dan pengalamannya yang
lebih luas untuk mereka gunakan, dan apabila anak didik menagalami kemacetan,
guru perlu menolong.
Sekolah mesti mendorong adanya
kerjasama antara murid-murid dan bukan persaingan. Manusia pada dasarnya merupakan
makhluk sosial dan mendapatkan kepuasannya terbesar dari hubungan mereka satu
sama lain.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar